Oleh: Tatang Muttaqin*)
Dalam artikelnya yang berjudul A Struktural Theory of Imperialism, Johan Galtung yang terkenal dengan teori dependensi medianya. Teori dependensi media menjelaskan bahwa dunia terdiri dari negara maju yang disebut pusat, dan negara terbelakang yang disebut pinggiran (periferal). Hubungan keduanya menciptakan struktur dominasi dan melalui hubungan terjadi alih teknologi sekaligus transfer kultural.
Dalam dunia media massa, baik cetak maupun elektronik, hubungan semacam itu tampak kasat mata, misalnya ketika Barat memberikan cap “fundamentalis” kepada Kaum Muslim Afghanistan yang meruntuhkan rezim boneka komunis di negerinya, dan dengan serta-merta pers di negara berkembang yang umumnya negeri muslim melansir serta mengikuti pula klaim Barat tersebut. Maka istilah yang semula sehat dan netral itu menjadi kotor disebabkan proses pencitraan yang tidak obyektif dari Barat, yang akhirnya fundamentalis berkonotasi “sejumlah orang Islam yang berjenggot, berkaffiyeh (berjilbab bagi wanitanya) dan sering menteror masyarakat Non-Muslim”.