Kamis, 30 Agustus 2012

Postmodernisme, Bahasa dan Dekonstruksi Makna Islam



Oleh: Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi

"JIKA Anda ingin menaklukan kekuasaan, anda tidak perlu menyerang fisiknya, tapi jajahlah wacananya." Kata-kata itu diucapkan Michael Foucault sebagai awal mula babak baru peran bahasa setelah peradaban modern dipertanyakan oleh kaum Posmo (singkatan Postmodernisme).

Bahwa bahasa kini tidak lagi menjadi alat percakapan antar manusia, tapi dia telah menjelma menjadi senjata untuk membangun kolonilisasi. Ia tidak lagi menjadi netral, tapi subjektif, karena bahasa adalah alat yang dipakai untuk berkuasa.

Sabtu, 30 Juni 2012

Bagaimana Agar Moral Anak Bangsa Tegak?

Oleh: Muhamad Hasan Darojat [1]

Pendahuluan

Persoalan moralitas merupakan persoalan yang cukup signifikan posisinya dalam kemajuan umat manusia. Manusia yang bermoral akan memberikan faidah yang baik bagi kehidupan. Sebaliknya, dunia yang dipenuhi atau dikuasai, didominasi dan dihegemoni oleh manusia yang tidak bermoral akan mengakibatkan hancurnya dunia ini dan timbulnya berbagai kerusakan dalam berbagai dimensi kehidupan dan kemanusiaan. Maka, membahas persoalan tentang moralitas menjadi hal yang demikian penting sebagaimana pentingnya mengajarkan dan menyosialisasikannya kepada berbagai lapisan masyarakat.
Di antara lapisan masyarakat yang harus menerima edukasi dan sosialisasi ini adalah kalangan generasi muda. Di samping itu, anak muda memiliki posisi yang signifikan di dalam masyarakat. Kondisi suatu masyarakat dan juga nasib masa depannya sangat dipengaruhi oleh bagaimana generasi pemudanya. Hal ini karena generasi muda ibarat batre-batre baru yang siap menggelorakan listrik peradaban. Singkatnya, baik buruknya kondisi dan masa depan suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh baik atau buruk generasi mudanya.

Senin, 25 Juni 2012

Identitas, Sejarah dan Kebangkitan


Alkisah, ada seorang awak pesawat yang hendak melakukan terjun payung. Dia adalah seorang ilmuwan cerdas dan terpilih sekaligus seorang petualang yang karena keahliannya yang langka ditugaskan masuk ke kedalaman sebuah hutan untuk menemukan bahan dasar untuk obat yang dapat menyembuhkan penyakit mematikan yang selama ini menyebar luas di seluruh dunia. Bahan dasar obat itu hanya ada di hutan itu.
Hutan itu sangat lebat. Berbagai jenis satwa ada di dalamnya. Selain itu, tumbuhan-tumbuhan dari yang tinggi menghujam langit sampai semak-semak belukar lebat yang menghalangi permukaan tanah. Tentu saja, bahaya-bahaya yang mengancam keselamatan jiwa juga tidak sedikit.

Sabtu, 10 Desember 2011

Islamisasi Sains dan Makna Strategis Da’wah di Kampus



Oleh: Tatang Muttaqin*)

Dalam artikelnya yang berjudul A Struktural Theory of Imperialism, Johan Galtung yang terkenal dengan teori dependensi medianya. Teori dependensi media menjelaskan bahwa dunia terdiri dari negara maju yang disebut pusat, dan negara terbelakang yang disebut pinggiran (periferal). Hubungan keduanya menciptakan struktur dominasi dan melalui hubungan terjadi alih teknologi sekaligus transfer kultural.

Dalam dunia media massa, baik cetak maupun elektronik, hubungan semacam itu tampak kasat mata, misalnya ketika Barat memberikan cap “fundamentalis” kepada Kaum Muslim Afghanistan yang meruntuhkan rezim boneka komunis di negerinya, dan dengan serta-merta pers di negara berkembang yang umumnya negeri muslim melansir serta mengikuti pula klaim Barat tersebut. Maka istilah yang semula sehat dan netral itu menjadi kotor disebabkan proses pencitraan yang tidak obyektif dari Barat, yang akhirnya fundamentalis berkonotasi “sejumlah orang Islam yang berjenggot, berkaffiyeh (berjilbab bagi wanitanya) dan sering menteror masyarakat Non-Muslim”.

Senin, 05 Desember 2011

Pentingnya Kesadaran Politik Umat

Salah satu perkara penting yang harus ditumbuhkan dan diperkuat di tengah-tengah umat adalah kesadaran politik (al wa’yu as siyasi). Muhammad Muhammad Ismail dalam kitabnya Al-Fikr al-Islami mendefinisikan kesadaran politik sebagai upaya manusia untuk memahami bagaimana memelihara urusannya. Kesadaran politik juga berarti an-nadzrah ila ‘alam min zawiyat[in] khashshah (pandangan yang universal dengan sudut pandang yang khas) .

Karena itu kesadaran politik tidak akan sempurna kecuali dipenuhinya dua unsur diatas. Pertama, pandangan universal (an nadzratu ‘ila al ‘alam) . Dalam hal ini seseorang melihat sebuah masalah bukan secara regional, yang dibatasi pada negeri-negeri tertentu saja, namun melihatnya secara menyeluruh (global). Sebagai contoh, ketika kita melihat apa yang dilakukan oleh Obama tidak dilihat sebagai tindak yang personal. Yang datang dengan wajah yang penuh senyum, mengumbar nostalgia masa lalu yang menyukai bakso atau nasi goreng. Namun wajib melihat bahwa Obama adalah kepala negara Amerika, sebagai sebuah negara Kapitalisme yang menggunakan penjajahan sebagai metode untuk menyebarluaskan dan mempertahankan ideologinya.