Senin, 10 Oktober 2011

Islam dan Pluralitas


Oleh: Muhamad Hasan Darojat*
Pendahuluan
Dalam kehidupan ini, keberagaman merupakan suatu keniscayaan. Begitu juga dengan manusia, keberagaman itu ada pada manusia. Tidak ada dua atau lebih manusia yang memiliki kesamaan mutlak. Dengan kata lain, keberagaman adalah sunnatullah yang tidak bisa dihindari. Keberagaman ini tidak hanya pada satu hal, akan tetapi banyak hal yang membuat adanya keberagaman. Misalnya adalah keberagaman suku, ras, bangsa, jenis kelamin, warna kulit, bahasa, pemikiran, agama dan keyakinan, dan lain-lain. Keberagaman yang seperti ini di sini disebut sebagai pluralitas.

Islam yang merupakan suatu agama yang ada dalam kehidupan pada satu titik tertentu berhadapan dengan kenyataan pluralitas ini. Yang menjadi pertanyaan adalah "Bagaimana Islam memandang pluralitas?" atau "Seperti apa konsep Islam dalam menghadapi kenyataan pluralitas ini?". Maka, untuk memperoleh jawabannya kita terlebih dahulu harus memahami Islam itu sendiri beserta karakteristik-karakteristik konsepsinya. Hal ini nantinya akan membawa kita pada pemahaman yang benar tentang bagaimana Islam memandang pluralitas.

Memahami Waktu


Oleh: Muhamad Hasan

Pendahuluan
Makhluk-makhluk di alam semseta ini terikat oleh waktu. Waktu di sini pengertiannya adalah durasi eksistensi makhluk-makhluk tersebut di alam nyata. Ia akan mengalami pengakhiran durasi pada Hari Kiamat nanti.
Sebagaimana makhluk-makhluk lainnya, manusia pun terikat dengan waktu. Manusia memiliki durasi eksistensi mereka di alam dunia. Namun, manusia pun memiliki keunikan yang membuatnya berbeda dengan makhluk lainnya, yaitu bahwa manusia memiliki akal. Dengan akal ini manusia diberi kemampuan berfikir, yakni kemampuan untuk memilah mana yang benar dan yang salah. Orang yang tidak menggunakan diberi kemampuan berfikir tapi tidak dioptimalkan dengan maksimal, maka dapat lebih sesat daripada binatang.

Embun


Oleh: Muhamad Hasan


Satu butir embun yang jernih

Bertengger anggun di ujung lidah rerumputan

Ketika kejernihannya terpotret dengan keelokannya

Berada di hamparan padang rumput yang hijau

Mentari pun kemudian mengintip di ujung Timur

Merangkak ke atas dan membawa senjata sinarnya

Seakan menodongkan senapan berniat menghancurkan

Sang Embun pun hanya dapat terdiam dalam kesendiriannya

Dia tak mampu bergerak

Hanya dapat menunggu

Menunggu hancur bercerai-berai diuraikan panas

Menuju ketiadaan dan ketak-bermaknaan

Hilang

Tapi dia masih menyimpan harapan

Untuk dapat bersatu dan melebur bersama yang diharapkannya

Sebelum akhirnya mentari yang perkasa menemaninya kembali

Saat menengadah ke atas dengan penuh pengharapan

Berharap pada gumpalan awan yang tak dapat ia raih

Untuk dapat melepaskan butir-butir kekasih yang disandranya

Lalu menurunkannya ke bumi sehingga keduanya bisa bersatu


Pagi sekitar jam 8-an 9 April 2011, kost Ar-Rahman Ciseke Jatinangor

Risalah Penantian Penghabisan Malam

Oleh: Muhamad Hasan

'Sejenak berada dalam keheningan sambil tetap gelisah dan berfikir,
"Ada di hutan belantara mana aku sekarang?"
Pohon-pohon yang bergoyang
Dan angin malam yg berhembus pun tak membisikkan apa-apa

Serigala-serigala nafsu terus mengejar
Mencoba menggigit nuraniku
Hingga terluka sedikit demi sedikit
Entah sampai kapan bisa bertahan

Layaknya orang yg sedang termenung dalam malam
Terus memandang ujung horizon
Menunggunya memuntahkan cahaya fajar dan mengantar Mentari
Yang akan menuntunku melanjutkan perjalanan

Aku sempat berfikir,

Banyak orang yang terus menggali tanah
Mencari-cari harta terpendam yang tersimpan dalam tanah
Hingga setelah amat dalam ia menggali
Ia tak bisa kembali ke atas dan akhirnya terkubur dalam kegelapan

Ada juga orang yg merasa menemukan mata air makna hidup
Ia menemukannya di atas bukit kejujuran hati yang terus ia daki
Semakin ke atas semakin murni airnya
Ia naik menyusuri sungai yang penuh duri itu untuk mncari hulunya
Dan ia meminum airnya saat ia kehausan

Aku pun terus bertanya,
"Sampai kapan aku bisa merasakan 'rasa'?
Sampai kapan aku terus memainkan 'logika'?
Sampai kapan aku berhasrat 'mengetahui'?"

Aku tidak tahu,
Tapi aku slalu mncoba menyalakan lilin pengharapan
Mudah-mudahan pada saat itu aku bisa berhenti dengan tenang
Seperti tenangnya danau yang jernih dan tentram

Ya Allah,
Kembalikanlah aku pada rute yang benar
Bila pandanganku telah menyimpang karena kelilipan oleh debu atau terhalang oleh kabut
Beri aku 'Ilmu' yang sesungguhnya
Ketika aku memukul-mukul membabi-buta dalam keburaman pandangan

Ya Allah,
Sesuaikanlah Ilmu dan Amalku
Karena aku tahu, Ilmu datang bersama tanggungjawab
Jagalah aku dari terjatuh ke dalam jurang yang dalam dan gelap
Setelah aku berusaha untuk mendaki setinggi-tingginya menuju makna yang benar

Dan dalam kepasrahanku atas ketakberdayaanku aku terus berharap
Semoga aku tersadar dari mimpi dan fatamorgana
Semoga aku tahu dan yakin apa yang harus aku lakukan
Dan semoga ke depan akan lebih baik'

Jatinangor, 2:07 WIB Senin 3 Januari 2011