Senin, 25 Juni 2012

Identitas, Sejarah dan Kebangkitan


Alkisah, ada seorang awak pesawat yang hendak melakukan terjun payung. Dia adalah seorang ilmuwan cerdas dan terpilih sekaligus seorang petualang yang karena keahliannya yang langka ditugaskan masuk ke kedalaman sebuah hutan untuk menemukan bahan dasar untuk obat yang dapat menyembuhkan penyakit mematikan yang selama ini menyebar luas di seluruh dunia. Bahan dasar obat itu hanya ada di hutan itu.
Hutan itu sangat lebat. Berbagai jenis satwa ada di dalamnya. Selain itu, tumbuhan-tumbuhan dari yang tinggi menghujam langit sampai semak-semak belukar lebat yang menghalangi permukaan tanah. Tentu saja, bahaya-bahaya yang mengancam keselamatan jiwa juga tidak sedikit.

Meluncurlah dia dari ketinggian sebuah pesawat lalu menarik parasutnya menerjang kedalaman hutan itu. Namun, ternyata pendaratan yang dilakukan tidak berhasil dengan aman. Dia masih hidup, tetapi ketika melakukan pendaratan, kepalanya terbentur ke sebuah pohon dan kemudian mengalami amnesia berat. Dia tidak ingat siapa dirinya, dari mana asalnya, mengapa dia bisa ada di hutan itu, dan untuk misi apa dia ada di sana. Dia pun tertinggal di tengah hutan yang saking lebatnya, permukaan tanah pun tak bisa dilihat dari kapal di atas. Bagaimana kira-kira nasib orang itu? Mungkin, dia akan menjadi penghuni hutan selamanya dan dia lupa pada misi awal dia dikirim ke hutan. Selain itu, dengan hilangnya ilmuwan langka tersebut, penduduk bumi tidak terselamatkan dari penularan massif penyakit yang mematikan itu.
Ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil cerita di atas, di antaranya: (1) pentingnya ingatan dan identitas; dan (2) hilangnya ingatan akan identitas dan misi adalah sebuah malapetaka. Ingatan bagi suatu umat adalah sejarahnya. Dengan demikian, bagi suatu umat yang hendak merancang sebuah kebangkitan atau yang ingin meneruskan estafeta kedigjayaannya atas dunia adalah penting bagi mereka mempelajari sejarah.
Sejarah memberikan penerangan kepada manusia tentang identitas. Walaupun begitu, ada identitas hakiki, ada pula identitas palsu. Gelombang postmodernisme dari Barat yang cukup kuat menyerbu alam pikiran dunia Islam saat ini mengingkari adanya klaim identitas mendasar manusia yang hakiki. Seolah-olah, identitas hakiki manusia adalah bahwa manusia tidak punya identitas yang mutlak. Identitas kemarin bisa berbeda dengan identitas saat ini. Identitas esok hari pun bisa berbeda dengan identitas yang sekarang. Namun, bagi umat Islam, Islam memberikan jawaban yang berfaidah keyakinan dan tak ada keraguan sedikitpun mengenai perkara identitas ini, sehingga umat Islam dapat menjalankan ajarannya dengan penuh keyakinan yang kemudian akan berfaidah rahmat bagi alam semesta. Al-Qur’an menggambarkan disorientasi yang dialami orang-orang musyrik akibat tidak jelasnya identitas dan tujuan hidup mereka (Al-Hajj [22]:31).
Bagi umat Islam, pilihan kepada Islam harus dilandasi alasan yang rasional, yang yakin 100%, tanpa keraguan sedikitpun (laa raiba fiihi). Kita yakin secara rasional atas keberadaan Tuhan Yang Satu yaitu Allah dan juga kedigjayaan Al-Qur’an sebagai kitab yang terjaga kemurniannya dan tak terkalahkan hingga saat ini sehingga kemudian kita yakin kebenaran kerasulan Muhammad Saw.. Kita tidak menerima ajaran yang mengatakan tuhan itu tidak ada atau tuhan itu lebih dari satu karena tidak berterima secara rasional. Dengan demikian, kita akan percaya sepenuhnya kepada kandungan yang diinformasikan oleh Al-Qur’an, termasuk dalam hal ini informasi tentang asal-usul manusia. Misalnya, ada di surat Al-Baqarah [2]:30-39.
Dalam konteks kekinian di mana dunia mengalami keterpurukan nilai dan disorientasi yang akut di bawah kekuasaan global Kapitalisme yang berlandaskan sekularisme dan liberalisme, kita lihat, Umat Islam, yang harusnya mengambil peran di akhir zaman, telah hilang kekuatan dan kedigjayaannya. Ini bisa dilihat dari tidak diterapkannya ajaran Allah Swt di muka bumi ini kecuali hanya parsial saja dan juga berpecahnya umat Islam sehingga kekuatan umat hilang. Akibatnya, dunia dipimpin oleh ajaran setan sehingga di seluruh dunia terjadi degradasi nilai-nilai kehidupan dan banyak keterpurukan-keterpurukan. Rahmat itu tidak dapat dirasakan, jangankan oleh dunia, oleh Umat Islam saja tidak.
Melihat kenyataan demikian, maka penting bagi manusia untuk menyadari bahwa kita adalah makhluk Tuhan Yang Satu, Allah Swt. Kita harus berada dalam bimbingannya untuk memperoleh makna dari tiap detik hidup kita melalui bimbingan Al-Qur’an yang merupakan satu-satunya ajaran yang masih murni hingga sekarang dan tak terkalahkan. Kita harus menerima bahwa demikianlah asal-usul kita. Dengan demikian, kita punya alasan untuk masuk ke dalam Islam, memiliki arah hidup yang ditunjukkan oleh-Nya, dan beramal di dalam batas-batas koridor syariat-Nya. Kita tidak mengalami disorientasi yang destruktif, melainkan tertancam secara pasti dalam jiwa bahwa masa depan kita adalah kematian dan orientasi hidup kita adalah apa yang ada setelah melewati proses kematian itu, yaitu Akhirat. Sekalipun ditunjukkan kepada tujuan akhir, kita pun tidak ditelantarkan begitu saja. Ibarat seorang pengendara jalan, kita ditunjuki oleh rambu-rambu syariat-Nya. Dengan demikian, Allah akan memberikan rahmat dan keberkahan kepada kita dan menjadikan kita sebagai pewaris dan pemimpin dunia yang membawa kepada kemuliaan hidup dan kemaslahatan.
Untuk Umat Islam, penting juga kiranya memahami identitas dan asal-usul kita dengan menyempatkan waktu yang banyak untuk membaca sejarah, khususnya Sirah (perjalanan hidup) Rasulullah hingga sejarah umat Islam saat ini di berbagai tempat di dunia. Ingatlah bahwa Umat Islam terlahir di akhir zaman sebagai umat yang terbaik yang memiliki karakteristik-karakteristik yang terbaik (Ali Imran [3]:110) yang dibimbing oleh wahyu Allah Swt yang masih otentik dari Rasul terakhir. Untuk melayakkan diri menjadi umat terbaik itu, kita harus mengusahakan supaya kehidupan kita, baik secara individu maupun kolektif, agar selalu berada di bawah bimbingan-Nya itu.
Selain itu, baca sejarah dari sumber-sumber yang dapat dipercaya, dan tetap waspada pada sumber-sumber dari orientalis (agen penjajah dalam bidang intelektual) yang telah nyata kebenciannya kepada Islam dan Umat Islam. Dengan diiringi pengamalan ajaran Islam yang dicontohkan Rasulullah dalam hal metode dakwah dan metode perjuangan kebangkitan menuju penerapan keseluruhan aturan Islam, pembacaan kita pada sejarah umat Islam dan umat-umat kafir akan sangat membantu menjadi batu bara yang menggerakkan kereta kebangkitan itu sehingga Umat Islam akan kembali mengambil perannya dalam membawa dunia kepada rahmat! Insyaallah! Wallahu a’lam. [Muhamad Hasan, 13/6/2012]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar