Minggu, 22 Agustus 2010

Islam

Oleh: M. Hasan Darojat

Pendahuluan

Di keseharian banyak orang menyebut kata "Islam", misalnya Indonesia adalah negara berpenduduk penganut "Islam" terbanyak di dunia. Lalu, apa sebenarnya dari sesuatu yang bernama "Islam" itu? Seperti apakah dia? Bagaimana karakteristiknya? Dari mana dia asalnya? dan pertanyaan-pertanyaan lainnya memang harus dicari jawabannya.
Tidak layak bagi makhluk yang diberi akal oleh Allah swt. untuk berbicara latah tanpa mengetahui makna yang sebenarnya dari yang diucapkan tersebut. Sebagai contoh, seseorang dikatakan "minum", ketika dia tahu apa itu minum dan untuk apa dia "minum".

Ini nantinya akan berpengaruh terhadap jawaban dari pertanyaan dari orang non-muslim tentang "Mengapa memilih Islam?". Tentu kita tidak akan memberikan argumentasi kepada mereka dengan memberi-tahukan ayat Qur'an yang menjelaskan bahwa kullu mauluudin yuuladu alal fitrah (setiap anak dilahirkan sebagai muslim). Mereka tidak akan percaya kepada Al-Qur'an. Jadi, apa sebenarnya yang membuat seorang Bilal yang seorang budak tidak berpendidikan memilih Islam sebagai way of life-nya sampai rela harus menanggung siksa yang teramat sangat dari majikannya? Itu karena adanya suatu arus kesadaran yang melahirkan keyakinan yang mutlak tanpa ada kerauan sedikitpun yang mengalir dari sebuah aktivitas berfikir yang jernih dan sederhana namun mendalam ketika menerima pokok ajaran Islam, tanpa menggunakan metode filsafat. Bilal bukanlah seorang filsuf sehingga ia menjadi muslim. Bilal mengetahui dengan pemikiran sederhana bahwa keesaan Tuhan (Tauhid) yang merupakan inti ajaran Islam itu menentramkan fitrahnya sebagai manusia sehingga apa yang dia ucapkan ketika disiksa oleh majikannya hanyalah "Ahad... Ahad... Ahad". Bilal mengetahui bahwa Islam adalah jalan hidup yang benar yang akan mengantarkan dia pada keselamatan akhirat sebagai kehidupan yang nyata.


Makna Islam

Islam secara etimologis (lughah) berasal dari Bahasa Arab, yaitu aslama – yuslimu – Islaaman yang merupakan derivasi dari Sulasi Mujarod salima – yaslimu – salaaman. Dalam Kamus Al-Munawwir artinya adalah selamat (dari bahaya) dan bebas (dari cela).

Islam, secara terminologis (ishtilah) berarti ketundukan (QS 3 : 83 dan 24 : 51), wahyu ilahi (QS 21 : 7 dan 53 : 4), agama para nabi dan rasul (QS 2 : 138), aturan-aturan dari Allah (QS 5 : 48, 50), jalan yang lurus (QS 6 : 153), dan keselamatan dunia dan akhirat (QS 16 : 97 dan 28 : 77). Islam juga berarti bahwa dalam diri seseorang adanya Syahadatain (kesaksian), Shalat, Zakat, Shaum dan Haji.


Makna Syahadatain

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa salah-satu bagian dari bangunan Islam adalah adanya Syahadatain. Apa itu Syahadatain?

Dalam bangunan Islam, peran dari Syahadatain ini adalah sebagai pondasinya. Artinya, pondasi ini berperan sebagai pengokoh dari bangunan itu. Semakin tinggi sebuah bangunan maka fondasi yang dibutuhkan harus semakindalam pula. Ketika sebuah bangunan tidak akan memiliki pondasi, maka bangunan itu pasti akan mudah roboh. Begitu juga dengan Islam, ketika dalam jiwa seorang muslim tidak ada Syahadatain dengan makna yang mendalam, maka bangunan Islam dalam dirinya akan sangat mudah roboh dan pribadi tersebut akan mudah dimangsa setan.

Syahadatain ini adalah berupa ungkapan pengakuan bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad bin Abdullah adalah rasul-Nya. Secara fitrah, manusia sebelum dilahirkan dia mengikat suatu perjanjian dengan Allah bahwa ia bersaksi kepada Allah (QS 7 : 172). Ketika sampai pada masa baligh ketika kemampuan berfikirnya sudah mulai matang, maka ia pun mencari lagi arti dari keberadaannya di alam wujud ini. Yang pertama ia ingin kenali adalah sesuatu yang paling dekat dengan dirinya yaitu "aku" atau dirinya sendiri. Siapakah "aku"? Dari mana "aku"? Ke mana "aku" sedang menuju? Untuk apa "aku" ada di sini?

Semua pertanyaan itu adalah pertanyaan dasar yang jawabannya akan mengantarkan ia kepada pengenalan dirinya pada Tuhannya. Makanya ada istilah "Yang mengenal dirinya, mengenal tuhannya". Akhirnya, diketahuilah bahwa dirinya adalah makhluk yang berbeda dengan makhluk lainnya, yaitu memiliki akal yang membuat ia berfikir, termasuk memikirkan tentang hal ini. Selain itu diketahui pula bahwa ia mempunyai naluri dan kebutuhan hidup sebagaimana makhluk lainnya yaitu binatang. Ia juga mengentahui bahwa dirinya dan apa yang dirinya punya adalah bersifat lemah dan terbatas, dan suatu saat akan berakhir dan musnah.

Ketika datang risalah dari Rasulullah bahwa manusia diharuskan memikirkan apa yang dapat dijangkau oleh akal manusia (QS 88 : 17-20, 86 : 5-7, dll), yaitu alam, kehidupan dunia dan diri manusia itu sendiri, akhirnya diketahui bahwa dari "ada"nya alam ini maka berarti "ada" pula suatu penyebabnya yaitu Sang Pencipta Yang Maha Esa Yang Azali dan wajibul wujud. Lalu dari teraturnya segala yang ada di alam semesta ini diketahui bahwa ada suatu dzat yang senantiasa mengatur alam ini. 1 + 1 = 2, bukan 3, itu menandakan bahwa angka-angka atau satuan-satuan hitung itu sujud atau tunduk pada aturan yang Allah buat sehingga menghasilkan jawaban yang sesuai adengan akal manusia. Perputaran siang dan malam yang teratur, pergantian musim yang teratur, seluruh benda angkasa dan juga seluruh sistem atom yang beredar pada edarannya semua itu menandakan adanya Sang Pengatur Yang Maha Kuasa yang mengatur alam semesta dan kehidupan ini sehingga membuat manusia tetap survive sampai dan merasakan nikmatnya. Nikmat inilah yang membuat manusia yang bersyukur kepada Tuhannya tersebut.

Pada intinya, makna Syahadatain yang hakiki adalah sebuah pengakuan dari seorang manusia yang pengakuan tersebut merupakan hasil pemikiran yang mendalam dan tajam yang menyimpulkan suatu kesimpulan yang pasti dan meyakinkan, memuaskan akal, menentramkan hati.


Karakteristik Muslim Sejati sebagai Implikasi dari Syahadatain

Setelah adanya pengakuan tersebut maka seorang tersebut menjadi seorang muslim yang sejati yang siap menerima dan mematuhi rambu-rambu yang diberikan Allah kepadanya dalam jalan hidup yang ia lalui melalui al-Qur'an dan as-Sunnah. Al-Qur'an dan as-Sunnah menjadi petunjuk jalan baginya (ma'alim fit-thariq). Kepatuhan seseorang kepada rambu-rambu jalan tersebut tergantung dari kualitas "kepercayaan" ia pada pemberi rambu-rambu tersebut, sebagaimana seorang pasien yang percaya kepada arahan dokter.

Maka kewajiban bagi seorang muslim/umat Islam adalah mengetahui apa itu Islam dan mengapa ia/mereka memilih Islam, bagaimana hidup secara Islam. Selanjutnya, ia melaksanakan aturan Islam, baik secara pribadi maupun umat dan mendakwahkannya ke seluruh penjuru dunia, baik secara pribadi maupun umat.

Karakteristik yang merupakan kewajiban yang paling awal dari seorang muslim adalah mengetahui apa itu Islam dan mengapa memilih Islam. Ketika seseorang mengetahui apa itu Islam maka nantinya dia mengetahui kenapa ia memilih Islam. Artinya ia memiliki landasan atau sebab kenapa ia memilih Islam. Itu karena seorang muslim diharuskan mempunyai dasar rasionalitas yang kuat mengenai pertanyaan mengapa ia memilih Islam daripada kepercayaan yang lain.

Karakteristik selanjutnya adalah mengetahui bagaimana hidup secara Islam, seperti apa aturannya atau rambu-rambunya. Ketika seorang muslim telah mengetahui Islam dan alasan mengapa ia memilih Islam lalu ia menerima Islam sepenuh hati dengan kepercayaan yang mutlak, maka ia diwajibkan untuk mempelajari aturan-aturan Islam untuk nantinya ia patuhi. Itu karena sikap kepatuhan yang berdasarkan kepada ilmu syariat yang benar adalah menjadi bukti keimanan dari seorang muslim.

Setelah itu selanjutnya adalah mengetahui apa balasan yang akan diterima bila ikrarnya dipegang teguh dan bila ikrar imannya terlalaikan dengan melalaikan syari'atnya, sehingga ia bisa menggambarkan dalam benaknya gambaran surga yang penuh keindahan dan kecantikan dan menggambarkan neraka yang penuh dengan penderitaan dan rasa sakit yang sesungguhnya yang lebih menyakitkan daripada penderitaan di dunia. Ketika seorang muslim sudah mengetahui hal ini maka ia akan termotivasi untuk mendapat keridhaan-Nya yang memang menjadi tujuan hidupnya, yaitu kebahagiaan akhirat dan temotivasi untuk tidak membuat Allah murka yang berakibat pada dijebloskannya ke neraka.

Karakteristik selanjutnya ialah berusaha melaksanakan segala syariat Islam secara individual dan berusaha mewujudkan syariat Islam secara kolektif yang berhubungan dengan pengaturan hubungan antar individu (sistem pemerintahan, sistem ekonomi, sistem pendidikan, sistem pergaulan, dll) dengan aktivitas pembentukan pribadi diri sendiri yang Islami dan dengan aktivitas dakwah untuk membentuk umat yang Islami sebagaimana yang dicontohkan dalam sirahnya.

Selain karakteristik-karakteristik di atas, ada satu karakteristik lagi yaitu adalah melaksanakan dakwah. Dakwah ini adalah sebagai konsekuensi dari kebenaran mutlak Islam yang harus disebarkan. Ini sebagai implikasi dari keyakinan yang mutlak dari seorang muslim bahwa Islam itu rahmat bagi alam semesta dan mencakup seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu, alam semesta dan seluruh aspek kehidupan harus disirami oleh Islam supaya rahmat tersiram kepada seluruh alam semesta dan seluruh aspek kehidupan. Satu hal yang perlu diketahui adalah ketika satu bagian dari aspek hidup manusia tidak ter-Islam-kan maka itu artinya dia disandera oleh setan (QS 2 : 208).

Seorang yang muslim yang sejati sejatinya memiliki karakteristik-karakteristik di atas dalam dirinya dan suatu umat muslim yang sejati pula demikian.


Karakteristik Dakwah kepada Islam

Sebagaimana yang sudah disebutkan, karena syariat yang Allah tetapkan bukan hanya ada yang bersifat individual (ibadah) saja tapi juga bersifat kolektif (muamalah), maka perlu ada suatu dakwah yang komprehensif yang menyeru kepada suatu bentuk kesatuan umat yang memiliki landasan yang jelas, yaitu landasan Islam, dan memiliki seperangkat syariat yang rabbani yang diterapkan secara keseluruhan.

Ketika suatu institusi bangunan umat sudah terbentuk, maka umat inilah yang akan membangun peradaban modern dan mulia yang rabbani dan umat inilah yang akan menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Metodologi dakwah seperti ini telah dicontohkan oleh Rasulullah, generasi salafus shalih dan umat Islam zaman dulu.

Karakteristik dakwah Islam adalah dakwah yang sesuai dengan contoh Rasulullah, baik dari segi fikrah maupun metode. Dakwah Islam adalah dakwah yang menyatukan, bukan memecah-belah. Dakwah Islam adalah dakwah yang santun, bukan dakwah yang sembrono. Dakwah Islam adalah dakwah yang profesional, bukan dakwah yang asal-asalan.


Penutupan

Dari pemaparan di atas, setidaknya yang bisa disimpulkan adalah bahwa Islam adalah sesuatu yang khas yang me-manusia-kan manusia dengan memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan dasar tentang arti keberadaaannya di alam wujud dan Islam memberikan arti hidup manusia dengan memberikan arah dan tujuan ke mana manusia harus menuju dan memberikan pedoman hidup atau rambu-rambu yang membuat manusia tetap berada pada jalan yang benar sehingga tetap mengarah pada tujuan yang benar pula. Karakteristik Islam adalah sempurna dan mencakup dan mengatur segala urusan kehidupan. Islam adalah rahmat bagi seluruh alam semesta, karena itu Islam meniscayakan penganutnya untuk menyebarkannya dengan manhaj nabi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar