Oleh: Muhamad Hasan
Satu butir embun yang jernih
Bertengger anggun di ujung lidah rerumputan
Ketika kejernihannya terpotret dengan keelokannya
Berada di hamparan padang rumput yang hijau
Mentari pun kemudian mengintip di ujung Timur
Merangkak ke atas dan membawa senjata sinarnya
Seakan menodongkan senapan berniat menghancurkan
Sang Embun pun hanya dapat terdiam dalam kesendiriannya
Dia tak mampu bergerak
Hanya dapat menunggu
Menunggu hancur bercerai-berai diuraikan panas
Menuju ketiadaan dan ketak-bermaknaan
Hilang
Tapi dia masih menyimpan harapan
Untuk dapat bersatu dan melebur bersama yang diharapkannya
Sebelum akhirnya mentari yang perkasa menemaninya kembali
Saat menengadah ke atas dengan penuh pengharapan
Berharap pada gumpalan awan yang tak dapat ia raih
Untuk dapat melepaskan butir-butir kekasih yang disandranya
Lalu menurunkannya ke bumi sehingga keduanya bisa bersatu
Pagi sekitar jam 8-an 9 April 2011, kost Ar-Rahman Ciseke Jatinangor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar